Teori Penciptaan Alam Semesta

1.      Teori Kabut
Teori ini disebut istilah Nibualai teori yang bertitik tolak dari adanya suatu kumpulan kabut yang berputar perlahan-lahan, bagian kabut itu lama-kelamaan berubah menjadi kumpulan gas yang kemudian menjadi struktur alam semesta ini.
Ferre Simon De Lap Lace, mengatakan bahwa alam semesta berasal dari kabut panas berpilin, karena pilinannya itu gumpalan kabut membentuk bentulan bulat seperti bola yang besar dimana makain kecil bola itu makin cepat pilinannya akibatnya bentuk bola itu memepat pada kutubnya dan melebar pada bagian equatornya, bahkan kemudian sebagian masa gas di equatornya itu menjauhi dari gumpalan Intinya sehingga membentuk struktur alam semesta.[1]
2.      Teori Pasang Surut
Jeans dan Jeffri melukiskan bahwa terjadinya alam semesta merupakan masa matahari yang lepas membentuk bentukan cerutu yang mencorok kearah bintang akibatnya bintang makin menjauhi masa, masa tersebut terputus-putus dan membentuk gumpalan gas disekitar matahari gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian membeku menjadi struktur pelengkap susunan alam semesta.
3.      Teori Ledakan
Teori ini disebut dengan istilah Bang teori, bertitik tolah pada asumsi adanya suatu masa yang sangat besar meledak dengan hebat karena adanya reaksi inti. Masa itu kemudian berserakan dan mengembangkan dengan sangat cepatnya menjauhi pusat ledakan.
Gamo Alfhor dan Herman mengatakan pada saat ledakan Maha dahsyat itu terjadi semua materi terlempar ke seluruh jagat raya kesemua arah yang kemudian membentuk bintang-bintang dan glaksi, karena tidak mungkin materi seluruh alam itu berkumpul di suatu tempat dalam ruang tanpa gaya grafitasi yang sangat kuat. Maka disimpulkan kemudian bahwa "Ledakan Besar" itu terjadi ketika seluruh materi Cosmos keluar dengan kerapatan yang sangat besar dan suhu yang sangat tinggi, alam semesta lahir dari singolaritas fisis dengan keadaan ekstern.[2]
4.      Teori Ekspansi Dan Kontraksi
Teori ini berlandaskan pada pemikiran bahwa ada suatu siklus dari alam semesta, yaitu masa-ekspansi dan masa kontruksi yang diduga siklus tersebut berlangsung dalam durasi 30.000 juta tahun. Dalam masa depang ekspansi kemudian terbentuklah galaksi serta bintang-bintangnya. Ekspansi ini didukung oleh adanya tenga yang bersumber dari reaksi inti hidrogen yang pada akhirnya membentuk berbagai unsur lain yang kompleks. Pada masa kontraksi, galaksi dan bintang-bintang yang terbentuk meredup dan unsur-unsur yang terbentuk menyusul mengeluarkan tenaga berupa panas yang tinggi-tinggi.[3]
Teori ini juga dikemukakan oleh Edwin Hubble, dia menyatakan bahwa alam semesta memuai seperti gelembung gas panas yang secara tiba-tiba melepas dari ruang hampa. Dia melakukan sebuah percobaan melalui teropong bintang raksasa pada tahun 1929 bahwa disitu menunjukkan adanya pemuaian adanya alam semesta. Ini berarti alam semesta merekspansi dan ekaspansi itu menurut Gamau melahirkan sekitar 100 miliyar galaksi yang masing-masing galaksi rata-rata memiliki 100 miliyar bintang.
5.      Teori Awan Debu
Pada tahun 1940 seorang ahli astronomi Jerman bernama Carl Font Wisaiker mengembangkan suatu teori yang dikenal dengan teori awan debu yang mengemukakan bahwa alam semesta terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Lebih 5000 juta tahun yang lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami pemanpatan. Pada proses pemanpatan itu partikel-partikel debu tertarik kebagian pusat awan itu membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin. Lama-kelamaan gumpalan gas itu memipih bentuk cakram yang tebal dibagian tengah dan tipis dibagian tepinya bagian tengah cakram gas itu berpilin lebih lambat dari bagian tepinya. Partikel-partikel dibagian tengah itu kemudian saling menekan sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar bagian inilah yang kemudian menjadi matahari sedangkan bagian luar berpusing sangat cepat, sehingga terpecah menjadi gumpalan gas dan debu yang lebih kecil. Bagian inilah yang kemudian membeku dan menjadi sturuktur alam semesta.
6.      Teori Planetesimal
Pada tahun 1843 sampai 1928 seorang ahli biologi bernama Thomas C. Chamberlin dan Fores R. Molton mengemukakan bahwa matahari telah ada sebagai salah satu dari bintang-bintang yang banyak. Pada suatu masa ada sebuah bintang berpapasan pada jarak yang tidak terlalu jauh. Akibatnya terjadilah peristiwa pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang yang sebagian dari masa matahari itu tertari kearah bintang.
Pada waktu bintang menjauhi sebagian masa dari matahari itu jatuh kembali kepermukaan matahari dan sebagian lagi terhambur ke ruang angkasa sekitar matahari. Hal inilah yang dinamakan planetisimal yang kemudian menjadi struktur alam semesta.   
B.     Alam Semesta Perspektif Al-Qur'an
Dari kedua teori yang sudah disebutkan di atas, kaitannya dengan isyarat Allah dalam Al-Qur'an bahwa alam semesta tadinya merupakan satu gumpalan, dia berfirman dalam surat Al-Ambiya' ayat 30.

Artinya : "Tidakkah orang kafir memperhatikan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu yang padu (gumpalan) kemudian kami memisahkannya, kami jadikan air segala sesuatu yang hidup, maka mengapa mereka tidak juga beriman?".[4]

Al-Qur'an tidak menjelaskan secara detail bagaimana terjadinya pemisahan itu, namun apa yang dikemukakan di atas tentang perpaduan alam semesta ini dibenarkan oleh para ilmuan yang telah terkenal dengan teori ledakan besar atau Big-Bang.
Juga tentang meluasnya alam semesta, Al-Qur'an mengungkapkan dalam surat Adz-Zariyah ayat 47.

Artinya : "Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kai benar-benar meluaskan / mengembangkannya"[5]

Dewasa ini, meluasnya alam semesta dikenal dengan istilah "The Expanding Universe" seperti diketahui bahwa alam semesta yang penuh dengan gugusan bintang dan galaksi tersebut berjualan tahun perjalanan cahaya dari bumi.
Edwin P. Hubble merumuskan bahwa galaksi-galaksi tersebut disamping berotasi juga bergerak menjauhi bumi, sebelumnya penemuan tersebut dianggap sebagai suatu kesalahan, tapi lam kelamaan bisa diterima oleh banyak ilmuan. Menurut "The Expanding Universe" alam semesta bersifat seperti balon atau gelombang karet yang sedang ditiup ke segala arah dengan kecepatan luar biasa. Ini sesuai dengan pemaparan Al-Qur'an dalam surat Al-Ghasyiyah ayat : 17-18.


Artinya : "Tidakkah mereka memperhatikan bagaimana unta diciptakan dan langit ditinggikan".[6]

Kekuatan yang terlibat dalam pembangunan alam ini tidak dapat dibayangkan, yaitu kira-kira terdiri dari 10.000 milyar bintang yang masing-masing masanya sekitar massa matahari. Dan kenyataan ini menggusarkan para fisikawan pada umumnya karena penciptaan alam ini dari ketiadannya memerlukan adanya yang maha pencipta.
Maka disinilah letak perbandingan konsepsi fisika tentang penciptaan alam dengan ajaran yang ada didalam Al-Qur'an.

C.     Konsepsi-Konsep Alam
1.      Konsepsi Alam Semesta Newton
Di dalam galaksi, terdapat 100 milyar bintang yang ada umumnya sebesar matahari, sampai pada abad ke-20 orang masih beranggapan bahwa alam kita ini tidak mempunyai batas atau tidak terbatas, dan oleh karenanya besar alam ini tidak terhingga, sebab apabila ia terbebas akan "Mata Bintang-Bintang" yang ada ditepi, yaitu yang dekat dengan perbatasan tersebut tentunya hanya akan mengalami tarikan gaya gravitasi ke satu sisi saja, yakni ke pusat alam semesta karena sisi tepi hampir tidak ada bintangnya, jadi bintang-bintang di tepi akan bergerak ke pusat dan akan berkumpul disana, jika waktu yang cukup lama memberikan kesempatan untuk berlangsungnya proses menyatu itu dan alam tanpa batas itulah yang menjadi ajaran Newton.
Disamping itu perkembangan ilmu kimiawi yang sejak lama mengkaji proses-proses kimiawi mengajarkan bahwa dalam reaksi yang bagimanapun materi itu kekal. Maka bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa konsepsi Newton itu adalah besarnya alam semesta tidak terhingga dan materinya tidak akan pernah tiada, eksistensi alam ini juga tidak terhingga lamanya.[7]
Konsepsi Newton ini telah menghancurkan konsepsi kuno yang menganggap bahwa alam ini dikelilingi oleh bola langit yang raksasa tempat menempelnya bintang-bintang. Namun, konsepsi Newton bertentangan dengan kenyataan observasi abad ke-20, serta ajaran Agama yang menyatakan bahwa alam semesta tidak kekal, dan diciptakan Tuhan pada saat tertentu. Konsepsi kuno itu pun juga salah bahwa bola langit yang dipercayai keberadaannya tidak berkembang atau tidak meluas itu bertentangan dengan Al-Qur'an surat Adz-Zaariyaat ayat 47. karena memang janggal kalu semua bintang-bintang berada dipermukaan bola langit. Ayat ini pula yang membantah konsepsi Newton tentang tidak terhingga alam semesta, sebab sesuatu yang tidak terhingga besarnya seperti alam konsepsi Newton, tidak dapat dibesarkan atau diluaskan lagi begitu pula tentang kekekalan alam semesta tersebut. Ia dibantah oleh Al-Qur'an yang menjelaskan scenario hancurnya alam semesta dalam surat Al-Anbiya', ayat : 104 :
"Pada Hari kami gulung ruang waktu (alam semesta) laksana menggulung lembaran tulis, sebagaimana kami telah memulai awal penciptaan, itulah janji yang akan kami tepati, sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya".[8]
Disitulah sebenarnya arti dari kata kalimat yang akan terjadi pada waktu yang Allah tentukan, dan itu pun terjadi secara rahasia, dan tiba-tiba, serta waktunya sudah dekat. Seperti yang digambarkan dalam Al-Qur'an surat Al-Mu'min ayat : 59 yaitu
"Sesungguhnya hari kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (mempercayainya)".[9]
2.      Konsepsi Alam Semesta Einstein
Berbeda dari Newton, Einstein mempunyai sebuah konsepsi yang didasarkan pada fisika relativistic yang dikembangkannya sejak tahun 1905 dalam kegiatannya mengembangkan teori relativitas umum Einstein menemukan bahwa ruang alam mengalami kelengkungan sebagai akibat dari adanya grafitasi yang ditimbulkan massa materi yang berada di dalamnya. Dalam penelitiannya yang lebih seksama dan melibatkan jarak kosmologis yang cukup besar, serta gaya gravitasi yang cukup kuat seperti yang ditimbulkan oleh matahari, prediksi Einstein itu tampak nyata.
Menurut Einstein alam kita ini melengkung sedemikian rupa sehingga ia menutup pada dirinya sendiri dan alam semesta menurut Einstein tidak terbatas, namun besarnya sehingga bergantung pada besar jari-jarinya. Menurut konsepsinya, sekalipun ada gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan di alam semesta secara keseluruhan alam semesta tidak berubah. Dan konsepsi ini hancur ketika Edwin Hubble yang menggunakan teropong bintang besar menemukan teori ekspansi. Karena memang apa yang dikemukakan Einstein tidak sesuai dengan Al-Qur'an surat Adz-Zariyaat ayat 47, di penjelasan terhadulu. Dalam ayat itu jelas dinyatakan bahwa Allah meluasa langit dan Allah membesarkan ruang alam itu, sehingga alam ini tidak statis seperti yang dikatakan Einstein.
3.      Konsep Alam Semesta Dalam Al-Qur'an
Konsep-konsep alam semesta dalam Al-Qur'an sangat banyak dan berfariasi tergantung dari pengetahuan mufassirnya. Al-Qur'an dengan ayat-ayatnnya diturunkan 15 abad yang lalu mengandung uraian secara garis besar tentang penciptaan alam semesta, seperti yang sudah disebutkan di depan semua itu semata-mata sebagai bimbingan dan petunjuk bagi manusia tentang kekuasaan Allah sesuai dengan ayat 190 surat Ali Imron yaitu kategori "Ulum Albab".[10]
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi para Ulum Albab".[11] Yang dilanjutkan dalam ayat 191 surat Ali Imron Berikutnya :
"Yakni mereka yang mengingat (berzikir kepada) Allah ketika berdiri, sambil duduk, dan sambil berbaring, serta memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia, Maha Suci Engkau. Maka peliharalah kami dari adzab Neraka".[12]

0 komentar:

Posting Komentar

Photos

About

Jumat, 25 November 2011

Teori Penciptaan Alam Semesta

1.      Teori Kabut
Teori ini disebut istilah Nibualai teori yang bertitik tolak dari adanya suatu kumpulan kabut yang berputar perlahan-lahan, bagian kabut itu lama-kelamaan berubah menjadi kumpulan gas yang kemudian menjadi struktur alam semesta ini.
Ferre Simon De Lap Lace, mengatakan bahwa alam semesta berasal dari kabut panas berpilin, karena pilinannya itu gumpalan kabut membentuk bentulan bulat seperti bola yang besar dimana makain kecil bola itu makin cepat pilinannya akibatnya bentuk bola itu memepat pada kutubnya dan melebar pada bagian equatornya, bahkan kemudian sebagian masa gas di equatornya itu menjauhi dari gumpalan Intinya sehingga membentuk struktur alam semesta.[1]
2.      Teori Pasang Surut
Jeans dan Jeffri melukiskan bahwa terjadinya alam semesta merupakan masa matahari yang lepas membentuk bentukan cerutu yang mencorok kearah bintang akibatnya bintang makin menjauhi masa, masa tersebut terputus-putus dan membentuk gumpalan gas disekitar matahari gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian membeku menjadi struktur pelengkap susunan alam semesta.
3.      Teori Ledakan
Teori ini disebut dengan istilah Bang teori, bertitik tolah pada asumsi adanya suatu masa yang sangat besar meledak dengan hebat karena adanya reaksi inti. Masa itu kemudian berserakan dan mengembangkan dengan sangat cepatnya menjauhi pusat ledakan.
Gamo Alfhor dan Herman mengatakan pada saat ledakan Maha dahsyat itu terjadi semua materi terlempar ke seluruh jagat raya kesemua arah yang kemudian membentuk bintang-bintang dan glaksi, karena tidak mungkin materi seluruh alam itu berkumpul di suatu tempat dalam ruang tanpa gaya grafitasi yang sangat kuat. Maka disimpulkan kemudian bahwa "Ledakan Besar" itu terjadi ketika seluruh materi Cosmos keluar dengan kerapatan yang sangat besar dan suhu yang sangat tinggi, alam semesta lahir dari singolaritas fisis dengan keadaan ekstern.[2]
4.      Teori Ekspansi Dan Kontraksi
Teori ini berlandaskan pada pemikiran bahwa ada suatu siklus dari alam semesta, yaitu masa-ekspansi dan masa kontruksi yang diduga siklus tersebut berlangsung dalam durasi 30.000 juta tahun. Dalam masa depang ekspansi kemudian terbentuklah galaksi serta bintang-bintangnya. Ekspansi ini didukung oleh adanya tenga yang bersumber dari reaksi inti hidrogen yang pada akhirnya membentuk berbagai unsur lain yang kompleks. Pada masa kontraksi, galaksi dan bintang-bintang yang terbentuk meredup dan unsur-unsur yang terbentuk menyusul mengeluarkan tenaga berupa panas yang tinggi-tinggi.[3]
Teori ini juga dikemukakan oleh Edwin Hubble, dia menyatakan bahwa alam semesta memuai seperti gelembung gas panas yang secara tiba-tiba melepas dari ruang hampa. Dia melakukan sebuah percobaan melalui teropong bintang raksasa pada tahun 1929 bahwa disitu menunjukkan adanya pemuaian adanya alam semesta. Ini berarti alam semesta merekspansi dan ekaspansi itu menurut Gamau melahirkan sekitar 100 miliyar galaksi yang masing-masing galaksi rata-rata memiliki 100 miliyar bintang.
5.      Teori Awan Debu
Pada tahun 1940 seorang ahli astronomi Jerman bernama Carl Font Wisaiker mengembangkan suatu teori yang dikenal dengan teori awan debu yang mengemukakan bahwa alam semesta terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Lebih 5000 juta tahun yang lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami pemanpatan. Pada proses pemanpatan itu partikel-partikel debu tertarik kebagian pusat awan itu membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin. Lama-kelamaan gumpalan gas itu memipih bentuk cakram yang tebal dibagian tengah dan tipis dibagian tepinya bagian tengah cakram gas itu berpilin lebih lambat dari bagian tepinya. Partikel-partikel dibagian tengah itu kemudian saling menekan sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar bagian inilah yang kemudian menjadi matahari sedangkan bagian luar berpusing sangat cepat, sehingga terpecah menjadi gumpalan gas dan debu yang lebih kecil. Bagian inilah yang kemudian membeku dan menjadi sturuktur alam semesta.
6.      Teori Planetesimal
Pada tahun 1843 sampai 1928 seorang ahli biologi bernama Thomas C. Chamberlin dan Fores R. Molton mengemukakan bahwa matahari telah ada sebagai salah satu dari bintang-bintang yang banyak. Pada suatu masa ada sebuah bintang berpapasan pada jarak yang tidak terlalu jauh. Akibatnya terjadilah peristiwa pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang yang sebagian dari masa matahari itu tertari kearah bintang.
Pada waktu bintang menjauhi sebagian masa dari matahari itu jatuh kembali kepermukaan matahari dan sebagian lagi terhambur ke ruang angkasa sekitar matahari. Hal inilah yang dinamakan planetisimal yang kemudian menjadi struktur alam semesta.   
B.     Alam Semesta Perspektif Al-Qur'an
Dari kedua teori yang sudah disebutkan di atas, kaitannya dengan isyarat Allah dalam Al-Qur'an bahwa alam semesta tadinya merupakan satu gumpalan, dia berfirman dalam surat Al-Ambiya' ayat 30.

Artinya : "Tidakkah orang kafir memperhatikan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu yang padu (gumpalan) kemudian kami memisahkannya, kami jadikan air segala sesuatu yang hidup, maka mengapa mereka tidak juga beriman?".[4]

Al-Qur'an tidak menjelaskan secara detail bagaimana terjadinya pemisahan itu, namun apa yang dikemukakan di atas tentang perpaduan alam semesta ini dibenarkan oleh para ilmuan yang telah terkenal dengan teori ledakan besar atau Big-Bang.
Juga tentang meluasnya alam semesta, Al-Qur'an mengungkapkan dalam surat Adz-Zariyah ayat 47.

Artinya : "Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kai benar-benar meluaskan / mengembangkannya"[5]

Dewasa ini, meluasnya alam semesta dikenal dengan istilah "The Expanding Universe" seperti diketahui bahwa alam semesta yang penuh dengan gugusan bintang dan galaksi tersebut berjualan tahun perjalanan cahaya dari bumi.
Edwin P. Hubble merumuskan bahwa galaksi-galaksi tersebut disamping berotasi juga bergerak menjauhi bumi, sebelumnya penemuan tersebut dianggap sebagai suatu kesalahan, tapi lam kelamaan bisa diterima oleh banyak ilmuan. Menurut "The Expanding Universe" alam semesta bersifat seperti balon atau gelombang karet yang sedang ditiup ke segala arah dengan kecepatan luar biasa. Ini sesuai dengan pemaparan Al-Qur'an dalam surat Al-Ghasyiyah ayat : 17-18.


Artinya : "Tidakkah mereka memperhatikan bagaimana unta diciptakan dan langit ditinggikan".[6]

Kekuatan yang terlibat dalam pembangunan alam ini tidak dapat dibayangkan, yaitu kira-kira terdiri dari 10.000 milyar bintang yang masing-masing masanya sekitar massa matahari. Dan kenyataan ini menggusarkan para fisikawan pada umumnya karena penciptaan alam ini dari ketiadannya memerlukan adanya yang maha pencipta.
Maka disinilah letak perbandingan konsepsi fisika tentang penciptaan alam dengan ajaran yang ada didalam Al-Qur'an.

C.     Konsepsi-Konsep Alam
1.      Konsepsi Alam Semesta Newton
Di dalam galaksi, terdapat 100 milyar bintang yang ada umumnya sebesar matahari, sampai pada abad ke-20 orang masih beranggapan bahwa alam kita ini tidak mempunyai batas atau tidak terbatas, dan oleh karenanya besar alam ini tidak terhingga, sebab apabila ia terbebas akan "Mata Bintang-Bintang" yang ada ditepi, yaitu yang dekat dengan perbatasan tersebut tentunya hanya akan mengalami tarikan gaya gravitasi ke satu sisi saja, yakni ke pusat alam semesta karena sisi tepi hampir tidak ada bintangnya, jadi bintang-bintang di tepi akan bergerak ke pusat dan akan berkumpul disana, jika waktu yang cukup lama memberikan kesempatan untuk berlangsungnya proses menyatu itu dan alam tanpa batas itulah yang menjadi ajaran Newton.
Disamping itu perkembangan ilmu kimiawi yang sejak lama mengkaji proses-proses kimiawi mengajarkan bahwa dalam reaksi yang bagimanapun materi itu kekal. Maka bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa konsepsi Newton itu adalah besarnya alam semesta tidak terhingga dan materinya tidak akan pernah tiada, eksistensi alam ini juga tidak terhingga lamanya.[7]
Konsepsi Newton ini telah menghancurkan konsepsi kuno yang menganggap bahwa alam ini dikelilingi oleh bola langit yang raksasa tempat menempelnya bintang-bintang. Namun, konsepsi Newton bertentangan dengan kenyataan observasi abad ke-20, serta ajaran Agama yang menyatakan bahwa alam semesta tidak kekal, dan diciptakan Tuhan pada saat tertentu. Konsepsi kuno itu pun juga salah bahwa bola langit yang dipercayai keberadaannya tidak berkembang atau tidak meluas itu bertentangan dengan Al-Qur'an surat Adz-Zaariyaat ayat 47. karena memang janggal kalu semua bintang-bintang berada dipermukaan bola langit. Ayat ini pula yang membantah konsepsi Newton tentang tidak terhingga alam semesta, sebab sesuatu yang tidak terhingga besarnya seperti alam konsepsi Newton, tidak dapat dibesarkan atau diluaskan lagi begitu pula tentang kekekalan alam semesta tersebut. Ia dibantah oleh Al-Qur'an yang menjelaskan scenario hancurnya alam semesta dalam surat Al-Anbiya', ayat : 104 :
"Pada Hari kami gulung ruang waktu (alam semesta) laksana menggulung lembaran tulis, sebagaimana kami telah memulai awal penciptaan, itulah janji yang akan kami tepati, sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya".[8]
Disitulah sebenarnya arti dari kata kalimat yang akan terjadi pada waktu yang Allah tentukan, dan itu pun terjadi secara rahasia, dan tiba-tiba, serta waktunya sudah dekat. Seperti yang digambarkan dalam Al-Qur'an surat Al-Mu'min ayat : 59 yaitu
"Sesungguhnya hari kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (mempercayainya)".[9]
2.      Konsepsi Alam Semesta Einstein
Berbeda dari Newton, Einstein mempunyai sebuah konsepsi yang didasarkan pada fisika relativistic yang dikembangkannya sejak tahun 1905 dalam kegiatannya mengembangkan teori relativitas umum Einstein menemukan bahwa ruang alam mengalami kelengkungan sebagai akibat dari adanya grafitasi yang ditimbulkan massa materi yang berada di dalamnya. Dalam penelitiannya yang lebih seksama dan melibatkan jarak kosmologis yang cukup besar, serta gaya gravitasi yang cukup kuat seperti yang ditimbulkan oleh matahari, prediksi Einstein itu tampak nyata.
Menurut Einstein alam kita ini melengkung sedemikian rupa sehingga ia menutup pada dirinya sendiri dan alam semesta menurut Einstein tidak terbatas, namun besarnya sehingga bergantung pada besar jari-jarinya. Menurut konsepsinya, sekalipun ada gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan di alam semesta secara keseluruhan alam semesta tidak berubah. Dan konsepsi ini hancur ketika Edwin Hubble yang menggunakan teropong bintang besar menemukan teori ekspansi. Karena memang apa yang dikemukakan Einstein tidak sesuai dengan Al-Qur'an surat Adz-Zariyaat ayat 47, di penjelasan terhadulu. Dalam ayat itu jelas dinyatakan bahwa Allah meluasa langit dan Allah membesarkan ruang alam itu, sehingga alam ini tidak statis seperti yang dikatakan Einstein.
3.      Konsep Alam Semesta Dalam Al-Qur'an
Konsep-konsep alam semesta dalam Al-Qur'an sangat banyak dan berfariasi tergantung dari pengetahuan mufassirnya. Al-Qur'an dengan ayat-ayatnnya diturunkan 15 abad yang lalu mengandung uraian secara garis besar tentang penciptaan alam semesta, seperti yang sudah disebutkan di depan semua itu semata-mata sebagai bimbingan dan petunjuk bagi manusia tentang kekuasaan Allah sesuai dengan ayat 190 surat Ali Imron yaitu kategori "Ulum Albab".[10]
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi para Ulum Albab".[11] Yang dilanjutkan dalam ayat 191 surat Ali Imron Berikutnya :
"Yakni mereka yang mengingat (berzikir kepada) Allah ketika berdiri, sambil duduk, dan sambil berbaring, serta memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia, Maha Suci Engkau. Maka peliharalah kami dari adzab Neraka".[12]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages

Ads

Featured Video

Advertisement (468 x 60px )

Advertisement

Diberdayakan oleh Blogger.